never giveup

 

Saat masih menjadi anak-anak, kita berharap bisa cepat tumbuh menjadi besar dan dewasa. Namun ketika sudah dewasa, nyatanya hidup tidak menjadi lebih mudah.Justru semakin kompleks dengan permasalahan.

Ibarat kendaraan, semakin besar ukurannya, semakin besar pula daya tampungnya, makin berat beban yang mesti dibawa juga butuh jalan yang lebih lebar untuk berjalan. Begitu juga dengan pohon. Semakin besar dan tinggi pohon, ia membutuhkan akar yang lebih kokoh untuk menopang batangnya dari terpaan angin.

Ya, inilah hidup. Sebuah realita perjalanan manusia yang harus dilewati dengan perjuangan. Sungguh tidak mudah. Terkadang harus melaluinya dengan tertatih-tatih. Tapi, begitu kita berfikir hidup itu terasa begitu rumit bahkan memusingkan, lebih baik, berhentilah menganalisa hidup itu. Jalani saja apa yang ada.

Kalaupun mengalami sebuah kegagalan, anggaplah itu sebagai pembelajaran sekaligus penyadar bahwa kita adalah orang yang belum siap dan masih butuh belajar lagi. Tak perlu mengkhawatirkan hidup, justru analisa-analisa yang kita buat sendirilah yang menciptakan kekhawatiran dan rasa pesimistis.

Musuh terbesar bukanlah siapa-siapa, melainkan keyakinan sendiri. Jika pikiran kita mengangankan sebuah kesuksesan, maka mekanisme kerja alam bawah sadar kita akan bekerja memproses itu menjadi jalan menuju kesuksesan. Sebaliknya jika pikiran kita dipenuhi bayangan kekhawatiran dan keraguan, maka otomatis mekanisme alam bawah sadar kita akan mengolah itu menjadi kegagalan yang sesungguhnya.

Memang, ada kalanya, kita berada pada sebuah kondisi lemah, dimana keraguan, kekhawatiran akan sesuatu yang sebenarnya belum terjadi, mampu menguasai mental dan mencengkram urat semangat, lantas membuat kita seakan tersungkur tanpa daya.

Dalam situasi seperti itu, tidak ada pilihan yang dapat dilakukan kecuali bangkit dan melawan keraguan. Kita jangan membiarkan kondisi itu terus mendesak dan menguasai alam pikir kita. Kita tak boleh kalah,apalagi sampai menyerah pada keputusasaan.

Banyak orang yang lebih mempercayai orang lain ketimbang dirinya sendiri. Bahkan menagungkan keberadaan orang lain dari pada keberadaannya sendiri. Padahal, keyakinan akan kemampuan yang kita miliki sama halnya dengan kita meyakini kekuatan Tuhan. Karena Tuhan yang yang menciptakan jasmani dan memberikan ruh pada diri kita sekaligus memelihara dan menjaganya. Mungkin itu yang membuatku sampai saat ini masih bisa bertahan pada keyakinan akan hari esok, dan masa depan.

Kita boleh saja menangis sebagai pelepasan kemelut pikiran, tapi tidak harus meratap terus menerus sehingga dapat mengikis keimanan dan menyeret kita pada keputusasaan.

Ingatlah, sebatang besi tak akan dapat menarik besi lain, walapun ukuran dan bebannya lebih ringan darinya, jika besi tersebut tidak diberi daya magnet. Raga tak akan dapat hidup tanpa nyawa. Kaki tak akan dapat melangkah tanpa adanya kekuatan otot. Kita tak akan pernah dapat menyelesaikan masalah kalau kita tidak mencari solusi untuk menyelesaikannya.

“Tidak akan ada yang dapat mempengaruhi kita untuk sebuah keyakinan, kecuali diri kita sendiri.”